Senin, 05 Januari 2015

CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN HARAPAN

CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN HARAPAN

Berubah…..! Saudara yang gemar atau pernah mengemari film kartun Ultraman pasti kenal dengan selogan tersebut. Yap…! Berubah merupakan suatu trasformasi dari sebuah kondisi menuju kondisi yang lainnya.

Seperhi halnya Ultraman yang berubah dari sosok manusia biasa menjadi ‘Super Hero’ yang luar biasa, hendaknya kita juga bisa berubah dari pribadi yang biasa menjadi pribadi yang luar biasa. Kemudian akan muncul pertanyaan, bagaimana sih agar kita bisa berubah menjadi luar biasa…? Sebelum kita membahas jawabannya, ada baiknya kalau kita tilik dulu sepenggal kisah kehidupan berikut.

Alkisah ada sebuah batu bata yang kini dia sudah sangat siap untuk ditata dan menjadi salah satu elemen pembentuk suatu bangunan. Sebelumnya, ternyata sungguh sangat berat fase yang harus dilalui. Dia diadopsi dari rahim ibunya, tanah liat berkualitas bagus melalui seleksi yang ketat dari sang pengrajin batu bata. Kemudian diproseslah dia, dengan proses yang mungkin sangat menyakitkan. Di diinjak-injak, dipukul-pukul, disiram air, dicukil batu krikil yang melekat juga kotoran-kotoran lainnya. Setelah itu, barulah dia bisa dicetak setelah sebelumnnya diuji kelayakannya untuk bisa dicetak. Penderitaan belum selesai, setelah dicetak, fase berikutnya telah menunggu yaitu dia harus dijemur, bergulat dengan panas matahari hingga kering. Tak hanya di situ rupanya fase yang harus dia tempuh, setelah kering kini dia harus dibakar..! Nah kini dia telah menjadi batu bata sejati yang siap bermanfaat untuk mahluk lain. Dia siap menjadi elemen pembentuk bangunan yang kokoh.

Saudara, dari cerita tadi kira-kira hikmah apa yang bisa kita mabil? Benar, dalam bermetamorfosa akan banyak sekali fase kehidupan yang kita lalui. Semua harus siap dengan segala kemungkinan terbuaruk dan menyakitkan dari fase-fase yang akan kita tempuh demi mencapai perubahan yang lebih baik.

Lalu bagaimana agar kita bisa melalui fase-fase tersebut dengan sukses dan mencapai hasil yang terbaik? Kuncinya adalah, kita harus tahu dan paham tentang ilmunya yang benar, lalu kita harus giat belajar dan berlatih dengan telaten, serta banyak-banyak memohon kepada-Nya.

Saudara, perubahan adalah siklus yang harus kita jalanai dalam hidup ini, satu hal yang harus kita catat dan jalanai bersama adalah kita harus menempuh siklus hidup ini demi menuju ke arah yang lebih baik agar kita termasuk orang-orang yang beruntung, seperti yang telah Rasulullah SAW sabdakan bahwa orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin, terus kalau orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dia dalah orang yang merugi, sedangkan hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia dalah orang yang celaka

CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN KEGELISAHAN

CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN KEGELISAHAN

Aduh! Saringan udaranya sepertinya kotor….. Apa harus dibawa ke bengkel ya?.... Aku sedang tidak punya uang untuk membayar ongkosnya…. Tampaknya aku harus mengambil uang dari dana sekolaah Jamie.. Bgaimana kalau aku tidak bisa membayar SPP-nya?... Rapornya jelek minggu lalu… Bagaimana kalau nilai-nilainya merosot dan dia tidak dapat masuk perguruan tinggi?.... Sarinag udaranya sepertinay kotor…….

Demikianlah kira-kira pikiran khawatir yang terus-menerus bergulir dalam suatu lingkaran melodrama sehari-hari yang tak ada habis-habisnya, suatu rentetan kecemasan akan membawa ke rentetan berikutnya dan akan kembali ke awal lagi. Contoh di atas diberikan oleh Lizabeth Roemer dan Thomas Borkovec, ahli-ahli osikologi dari Pennsylvania State University, yang penelitiannya tentang kekhawatiran (inti segala kecemasan) telah mengangkat topik itu sebagai gangguan kejiwaan menjadi bagian dari sains.

Tentu saja tidak ada salahnya seorang khawatir, dengan terus menerus memikirkan suatu masalah, yaitu memanfaatkan refeksi yang konstruktif, yang bisa jadi mirip khawatir dan dapat diperoleh suatu pemecahan. Sebenarnya, reaksi yang mendasari kekhawatiran adalah kewaspadaan terhadap bahaya yang mungkin, yang –tak diragukan lagi- merupakan bagian sangat penting bagi kelangsungan hidup selama perjalanan evolusi. Bila rasa takut memicu otak emosional, bagian dari rasa cemas yang muncul akan memusatkan perhatian pada ancaman yang sedang dihadapi, memaksa pikiran untuk terus-menerus memikirkan bagaimana mengatasi permasalahan yang ada dan mengabaikan hal-hal lain untuk sementara waktu. Dalam artian tertentu, kekhawatiran merupakan latihan terhadap apa-apa yang tidak beres dan bagaimana mengatasinya; peran kekhawatiran adalah mencari pemecahan positif akan resiko dalam kehidupan dengan mengantisipasi bahaya sebelum bahaya itu muncul.

Yang merepotkan adalah kekhawatiran kronis yang terus-menerus berulang yaitu kekhawatiran yang tak berujung pangkal dan tak pernah mendekati pemecahan positif. Sutau analisis yang cukup dipercaya mengenai kekhawatiran kronis menyatakan bahwa kekhawatiran memiliki semua ciri pembajakan emosi tingkat rendah: kekhawatiran muncul entah dari mana, tak dapat dikendalikan, menimbulkan dengung kecemasan terus-menerus, tak dapat ditembus oleh nalar, dan mengunci orangnya ke dalam suatu pandangan tunggal yang kaku tentang masalah yang merisaukan. Bila siklus kekhawatiran yang sama ini semakin menghambat dan tak kunjung hilang, kekhawatiran itu kan berubah menjadi pembajakan saraf dan gangguan kecemasan yang berlanjut: fobia, terobsesi dan kompulsif, mudah panik. Pada masing-masing gangguan ini kekhawatiran tampil dalam polanya sendiri-sendiri, bagi penderita fobia, kecemasan terpaku pada situasi yang ditakutkan; bagi penderita obsesi, kekhawatiran terpusat pada bagaimana mencegah bencana yang ditakutkan; pada penderita mudah panik, kekhawatiran dapat terfokus pada takut mati atau pada kemungkinan terserang panik itu sendiri.

Pada setiap penyakit ini, ciri khasnya dalah kekhawatiran tampil dalam bentuk yang amat sangat berlebih-lebihan. Misalnya, seorang wanita yang mengalami pengobatan karena gangguan obsesif-kumpulsif melalukan serangkaian acara arutin yang menghabiskan sebagian besar waktunya: mandi selama 45 menit beberapa kali sehari, cuci tangan selama lima menit dua puluh kali atau lebih dalam sehari. Ia tidak mau duduk kecuali bila kursinya disucihamakan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol. Ia juga tak mau menyetuh anak-anak atau hewan piaraan karena keduanya “terlampu kotor”. Semua kompulsi ini disebabkan oleh ketakutannya yang luar biasa hebat terhadap bibit penyakit; ia terus menerus risau bahwa tanpa mandi dan menyucihamakan segala sesuatunya, ia akan terserang penyakit dan mati.

Seorang wanita yang sedang menjalani pengobatan karena “gangguan kecemasan umum” (istilah psikiatri bagi orang yang terus-menurs dihinggapi rasa khawatir) menanggapi permintaan untuk mengungkapan apa yang dicemasakannnya selama satu menit sebagai berikut:

Mungkin saya tidak dapat melaukannya dengan baik. Ini terlalu dibuat-buat sehingga bukan merupakan indikasi yang sesungguhnya padahal kita perlu hal-hal yang betul nyata…. Karena bila tidak memperolah yang nyata, saya tidak akan sembuh. Dan bila saya tidak sembuh, saya tidak akan bahagia….

Dalam peragaan kecemasan akan kesemasan yang maat luar biasa tersebut, permintaan untuk mengungkapkan kecemasan hanya dalam satu menit itu, dalam beberap adetik saja, telah berkembang menjadi kontemplasi akan terjadinya bencana seumur hidup: “Saya tidak akan pernah bahagia”. Kecemasan biasanya mengikuti alur pemikiran semacam itu, kisah akan diri sendiri yang melompat-lompat dari satu masalah ke masalah lain dan amat sering melibatkan catastrophizing, yaitu membayangkan terjadinya tragedi mengerikan. Kekhawatiran hampir selalu diungkapakan pada telinga pikiran, bukan pada mata pikiran (jadi, dalam kata-kata, bukan dalam imaji) suat fakta yang amat berarti untuk mengendalikan kekhawatiran.

Borkovec dan rekan-reakannya mulai mempelajari kekhawatiran itu sendiri ketika mereka berupaya mencari pengobatan untuk insomnia. Menurut pengamatan peneliti-peneliti lain, kecemasan muncul dalam dua bentuk: kognitif, atau kecemasan yang muncul akibat adanya pikiran yang meriasukan, dan somatik, yaitu kecemasan yang mengakibatkan gejala-gejala fisologis, seperti berpeluh, jantung berdebar-debar, atau ketegangan otot. Menurut Borkovec, seorang penderita insomnia bukan karena alsan somatik. Yang membuat mereka selalu terjaga adalah pikiran-pikiran yang menganggu. Penderita insomnia adalah tukang khawatir kronis, dan tak henti-hentinya khawatir meskipun mereka sangat mengantuk. Salah satu cara yang berhasil untuk menolong mereka agar tertidur adalah menjauhkan mereka dari pikiran-pikiran yang mencemaskan, memusatkan perhatian pada perasaan-perasaan hasil metode selaksai. Pendek kata, kekhawatiran dapat dihentikan dengan mengalihkan perhatian.

Tetapi, sebagian orang-orang yang mudah khawatir agaknya amat sulit melakuknnya. Borkovec yakin bahwa alasannya ada kaitannya dengan keuntungan yang diperoleh dari kekhawatiran yang justru memperkuat kebiasaan tersebut. Kekhawatiran tampaknya juga memunculkan suat yang positif: kekhawatian adalah cara untuk menghadapi kemungkinan ancaman, mengatasi bahaya-bahaya yang mungkin datang. Fungsi kekhawatiran (apabila berhasil) adalah untuk melatih mengenali bahaya, dan menyajikan pemecahan untuk menghadapinya. Tetapi kekhawatiran tidak selalu sesukses itu.

Pemecahan dan pola padang yang baru akan suatu masalah biasanya tidak datang dari rasa khawatir, apalagi kekhawatiran kronis. Tukang-tukang khawatir biasannya bukan mencari pemecahan masalah potensial, mereka justru membayang-bayangkan bahaya itu sendiri, dan dengan cara sedemikian rupa menenggelamkan diri dalm ketakutan yang berkaitan dengan bahaya itu sementara tetap berpijak pada pola pikir yang sama. Penderita tahap kronis merisaukan segala macam sesuatu, sebagian besar di antaranya hampir tak mungkin terjadi; mereka menghawatirkan bahaya-bahaya dalam hidup mereka yang orang lain tak pernah merisaukannya.

Namun, penderita tahap kronis mengemukakan kepada Borkovec bahwa kekhawatiran membantu mereka, dan bahwa kekhawatiran mereka terus-menerus muncul, suatu lingkaran pemikiran yang didorong oleh kecemasan yang tak berujung. Mengapa kekhawatiran menjadi suatu yang mirip dengan kecanduan mental? Anehnya, sebagaimana diutarakan oleh Borkovac, kebiasaan khawatir itu begitu kuat sehingga mirip takhayul. Karena orang mengkhawatirkan banyak hal yang kecil kemungkinannya akan sungguh-sungguh terjadi (contoh: orang yang dikasihi tewas dalam kecelakaan, jatuh bangkrut, dan semacamnya), maka pasti ada daya tarik tersendiri dalam kekhawatiran, setidak-tidaknya bagi limbik yang primitif. Seperti jimat untuk mengusir roh-roh jahat, secara psikologis, kekhawatiran berguna untuk mencegah bahaya yang dicemaskan.

CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

Tanggung Jawab Dalam Islam

Dalam sejarah ulama salaf, diriwayatkan bahwa khalifah rasyidin ke V Umar bin Abdil Aziz dalam suatu shalat tahajjudnya membaca ayat 22-24 dari surat ashshoffat yang artinya : (Kepada para malaikat diperintahkan) “Kumpulkanlah orang-orang yang dzalim beserta teman sejawat merekadan sembah-sembahan yangselalu mereka sembah, selain Allah: maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka di tempat perhentian karena mereka sesungguhnya mereka akan ditanya (dimintai pertanggungjawaban ).”
Beliau mengulangi ayat tersebut beberapa kali karena merenungi besarnya tanggungjawab seorang pemimpin di akhirat bila telab melakukan kedzaliman. Dalam riwayat lain Umar bin Khatab r.a. mengungkapkan besarnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhiarat nanti dengan kata-katanya yang terkenal : “Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya, seraya ditanya : Mengapa tidak meratakan jalan untuknya ?” Itulah dua dari ribuan contoh yang pernah dilukiskan para salafus sholih tentang tanggungjawab pemimpin di hadapan Allah kelak.
Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan individu saja sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 surat Al An’am yang Artinya: “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”
Dalam surat Al Mudatstsir ayat 38 yang artinya: “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”
Akan tetapi perbuatan individu itu merupakan suatu gerakan yang dilakukan seorang pada waktu, tempat dan kondisi-kondisi tertentu yang mungkin bisa meninggalkan bekas atau pengaruh pada orang lain. Oleh sebab itu apakah tanggung jawab seseorang terbatas pada amalannya saja ataukah bisa melewati batas waktu yang tak terbatas bila akibat dan pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung mungkin sampai setelah dia meninggal ?
Seorang yang cerdas selayaknya merenungi hal ini sehingga tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah berbuat dosa walau sekecil biji sawi. Mengapa demikian ? Boleh jadi perbuatan baik atau jahat itu mula-mula amat kecil ketika dilakukan, akan tetapi bila pengaruh dan akibatnya terus berlangsung lama, bisa jadi akan amat besar pahala atau dosanya.
Allah SWT menyatakan dalam QS Yaasiin yang artinya: “Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” (Yaasiin 12).
Ayat ini menegaskan bahwa tanggangjawab itu bukan saja terhadap apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah atau anak yang sholeh , kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas sampai kapanpun. Dari sini jelaslah bahwa Orang yang berbuat baik atau berbuat jahat akan mendapat pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan pahala atau dosa orang-orang yang meniru perbuatannya. Hal ini ditegaskan dalam Surat An nahl 25
Artinya: “(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat dan sebagian dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun bahwa mereka disesatkan. Ingatlah amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.”
Di sini kita merenung sejenak seraya bertanya: “apabila yang memerintah kejahatan atau kedurhakaan itu seorang pemimpin yang memilik kekuasaan penuh, apakah dia saja yang akan menanggung dosanya dan dosa rakyatnya karrena mereka dipaksa ? Ataukah rakyat juga harus menaggung dosanya walau ia lakukan di bawah ancaman paksaan tersebut ?” Menurut hemat saya, seorang penguasa dianggap tidak memaksa selama raksyat masih bisa memiliki kehendak yang aada dalam dirinya. Perintah seorang pimpinan secara lisan maupun tulisan tidak berarti melepaskan seorang bawahan dari tanggungjawab atas semua perbuatannya. Alquran mencela orang-orang yang melakukan dosa dengan alasan pimpinannya menyuruh berbuat dosa. Allah menyatakan sbb. : “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul” Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami , lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar”. (Al ahzab 66-67).
Allah membantah mereka dengan tegas: “Harapanmu itu sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya dirimu sendiri . Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu.” (Az Zukhruf 39).
Dari sini jelaslah bahwa pemimpin yang dzalim tidak akan bisa memaksa hati seseorang kendati mampu memaksa yang lahiriyahnya. Oleh sebab itu rakyat atau bawahanpun harus bertanggung jawab terhadap akidahnya dan perbuatannya kendati di sana ada perintah dan larangan pimpinan.
Berbeda dengan hukum paksaan yang menimpa orang-orang lemah yang ditindas penguasa yang mengancam akan membunuhnya dan memang bisa dilaksanakan. Hal ini pernah terjadi pada masa awal Islam di Makkah dimana orang yang masuk Islam di paksa harus murtad seperti Bilal bin Rabbah, keluarga Yasir dst. Mereka dipaksa menyatakan kekufuran. (lihat An Nahl 106 dan An Nisa’ 97-99)
Tanggung jawab seorang berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan padanya. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin tinggi pula tanggungjawabnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas prilaku dirinya, keluarganya, saudara-saudaranya, masyarakatnya dan rakyatnya. Hal ini ditegaskan Allah sbb.; “Wahai orang-orang mukmin peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At Tahrim 6) Sebagaimana yang ditegaskan Rasululah saw : “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya..”(Al Hadit)
Tanggungjawab vertikal ini bertingkat-tingkat tergantung levelnya. Kepala keluarga, kepala desa, camat, bupati, gubernur, dan kepala negara, semuanya itu akan dimnitai pertanggungjawabannya sesuai dengan ruang lingkup yang dipimpinnya. Seroang mukmin yang cerdas tidak akan menerima kepemimpinan itu kecuali dengan ekstra hati-hati dan senantiasa akan mempeprbaiki dirinya, keluarganya dan semua yang menjadi tanggungannya. Para salafus sholih banyak yang menolak jabatan sekiranya ia khawatir tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Pemimpin dalam level apapun akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah atas semua perbuatannya disamping seluruh apa yang terjadi pada rakyat yang dipimpinnya. Baik dan buruknya prilaku dan keadaan rakyat tergantung kepada pemimpinnya. Sebagaimana rakyat juga akan dimintai pertanggungjawabannya ketika memilihseorang pemimpin. Bila mereka memilih pemimpin yang bodoh dan tidak memiliki kapabilitas serta akseptabilitas sehingga kelak pemimpin itu akan membawa rakyatnya ke jurang kedurhakaan rakyat juga dibebani pertanggungjawaban itu.
Seorang penguasa tidak akan terlepas dari beban berat tersebut kecuali bila selalu melakukan kontrol, mereformasi yang rusak pada rakyatnya , menyingkirkan orang-orang yang tidak amanah dan menggantinya dengan orang yang sholeh. Perrtolongan allah tergantung niat sesuai dengan firman Allah Artinya : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah akan ditunjuki hatinya danAllah Maha Mengetahui ats segala sesuatu.” (At Taghobun 11)

MANUSIA DAN HARAPAN

MANUSIA DAN HARAPAN

Manusia dan Harapan
Harapan berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Cita-cita merupakan Impian yang disertai dengan tindakan dan juga di berikan batas waktu. Jadi kalau kita bermimpi untuk menjadi orang yang sukses, ya… harus di sertai tindakan jangan cuma berandai-andai saja.
Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik ataumeningkat.
Penyebab Manusia Mempunyai Harapan
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1.      Dorongan kodrat

Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.

Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.

Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dcngan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
2.      Dorongan kebutuhan hidup

Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan, dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain.
Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah
maupun kemampuan berpikimya.

Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia
mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan
manusia itu ialah :
a) kelangsungan hidup (survival)
b) keamanan ( safety )
c) hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d) diakui lingkungan (status)
e) perwujudan cita-cita (self actualization)
Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimilik seseorang, bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karma orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan – langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besamya . Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak ber agama menurut keyakinan.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu, Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Teori Kebenaran
Ø  Teori Kebenaran Korespondensi

Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa karakteristik tertentu. Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke tempat yang rendah. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang dapat ditangkap indera. Perbedaan sensivitas tiap indera dan organ-organ tertentu menyebabkan kelemahan ilmu empiris.

Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal.
Keberhasilan ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia- membawa dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human. Analisis filsafat tentang kenyataan ini harus ditempatkan secara proporsional, karena merupakan suatu usaha ilmiah untuk membantu manusia mengungkap misteri kehidupannya secara utuh.
Ø  Teori Kebenaran Koherensi

Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria
koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.

Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga
hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi dalam kepribadiannya.
Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan indera tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik dan subyektif. Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik dan non fisik ditolak secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas dan tak terbatas, maka manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan.
Ø  Teori Kebenaran Pragmatis

Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.

Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia.

Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu berbagai disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling padat. Ilmu pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan manusia. Pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya dan cara-cara pengembangannya ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang materialis-pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai moralitas.

Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan, penyakit minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah segalanya, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga foules solitaire (kesepian dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah tercerabut dari aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan masyarakat modern yang materialis-pragmatis.
Macam-macam Kepercayaan
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
*      Kepercayaan pada diri sendiri

Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
*      Kepercayaan kepada orang lain

Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
*      Kepercayaan kepada pemerintah

Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)

Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
*      Kepercayaan kepada Tuhan

Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Usaha-usaha Meningkatkan Percaya pada Tuhan
Usaha itu antara lain:
• Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
• Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
• Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan sebagainya.
• mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
• menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

MANUSIA DAN KEGELISAHAN
A. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenang hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari – hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
B. Sebab – Sebab Orang Gelisah
Apabila kita kaji, sebab – sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak – haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
C. Usaha – Usaha Mengatasi Kegelisahan
Mengatasi kegelisahan ini pertama – tama harus mulai dari diri kita sendiri, yaitu kita harus bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, sehingga segala kesulitan dapat kita atasi.
Untuk mengatasi kegelisahan yang paling ampuh kita memasrahkan diri kepada Tuhan. Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepada-Nya. Kita harus percaya bahwa Tuhanlah Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pengampun.
D. Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata ini berasal dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang. Sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain atau terpencil. Jadi kata keterasingan berarti hal – hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain.
Terasing atau keterasingan adalah bagian hidup manusia. Sebentar atau lama orang pernah mengalami hidup dalam keterasingan, sudah tentu dengan sebab dan kadar yang berbeda satu sama lain.
E. Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lenggang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman. Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia. Lama rasa sepi itu bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
Kesepian itu akibat dari keterasingan. Keterasingan dapat disebabkan sikap buruk seperti sombong, angkuh, keras kepala, yang membuat manusia diasingkan oleh kehidupan sosialnya.
F. Ketidak Pastian
Ketidak pastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal – usul yang jelas. Itu semua dapat disebabkan karena pola pikir yang kurang bisa terfokus (konsentrasi).
Sebagai permisalan ketidak pastian adalah tentang kelulusan yang terkadang dapat menyebabkan kegelisahan. Lulus dan tidak lulus bisa jadi faktor yang menentukan status atau karir seseorang dalam hidupnya. Ketidak pastian dalam memprioritaskan kelulusan suatu jenjang pendidikan dapat merugikan ataupun membuat karir terancam.
G. Sebab – Sebab Terjadi Ketidak Pastian
Orang yang tidak bisa berpikir secara teratur, kurang bisa mengambil kesimpulan. Bila ini terjadi, dalam berpikir manusia selalu menerima rangsang – rangsang lain, sehingga kadang membuat jalan pikiran semakin menjadi kacau oleh hal tersebut. Penyebab bisa berupa tanda – tanda obsesi, phobia, delusi, kehilangan pengertian dan lain sebagainya.
Beberapa sebab orang tidak dapat berpikir dengan pasti ialah :
1.      Obsesi, merupakan gejala neurosa jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus menerus. Biasanya tentang hal – hal yang kurang menyenangkan.
2.      Phobia, ialah rasa ketakutan yang tak terkendali, tidak normal, kepada sesuatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebab – sebabnya.
3.      Kompulasi, ialah adanya keragu – raguan tentang apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tidak disadari melakukan perbuatan yang serupa berkali – kali.
4.      Histeria, ialah neurosa jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri atau sugesti dari sikap orang lain.
5.      Delusi, menunjukkan pikiran yang mengalami kekacauan, yang disebakan oleh suatu keyakinan palsu, diluar akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengang pengalaman.
6.      Halusinasi, ialah khayalan yang terjadi tanpa rangsangan panca indera maupun dengan sugesti, seperti obat bius atau minuman yang memabukkan.
Keadaan Emosi, dalam keadaan tertentu seseorang sangat berpangaruh oleh emosinya. Sikap ini dapat berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, termenung, menyendiri.

MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

Manusia Dan Tanggung Jawab 
Pengertian dari tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan dimana seseorang wajib menanggung segala sesuatu yang terjadi terhadap sesuatu. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab merupakan sifat terpuji dalam diri manusia yang mendasar. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujutan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya adalah sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia di bebani tanggung jawab Tanggung jawab mempunyai kaitan yang erat dengan perasaan. Tanggung jawab dapat dilihat dengan dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan lain. Apabila dikaji lebih jauh tanggung jawab itu adalah kewajiban atau bisa juga disebut beban yang harus dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berniat atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain atau sebagai suatu pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Seseorang tidak bisa menghindari sebuah tanggung jawab dengan berbagai alasan, karena tanggung jawab adalah sesuatu yang harus kita tanggung ketika kita mendapatkan kesalahan.
Dikenal juga beberapa jenis tanggung jawab :
  1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri,  menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam menggembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. dengan demikian dapat memecahkan masalah mengenai dirinya sendiri.
  2. Tanggung jawab terhadap keluarga, keluarga adalah masyarakat kecil. Terdri dari beberapa anggota yang saling melengkapi, anggota keluarga memiliki kewajiban bertanggung jawab terhadap keluarganya sendiri.
  3. Tanggung jawab terhadapa masyarakat, sebelumnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Pada hakikatnya manusia dalam hidupnya membutuhkan bantuan orang lain. Manusia yang merupakan anggota dari suatu masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat lainnya agar dapat melanjutkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.
  4. Tanggung jawab terhadapa bangsa dan negara. Sebuah bentuk tanggung jawab lebih diartikan sebagai perbuatan sebab – akibat.. Sebab suatu tingkah atau perbuatan menjadi melanggar peraturan negara, maka ia wajib menerima akibatnya dan bertanggung jawab menjalani hukuman yang telah di tetapkan sebelumnya.
  5. Tanggung jawab terhadap Tuhan. Manusia sebagai mahluk Tuhan, kita di ciptakan di dunia ini tak lepas dari tanggung jawab. Dimana perbuatan yang dilakukan selama hidup didunia, diakhirat kita akan dimintai pertanggung jawaban dari perbuatan kita selama hidup didunia.
Wujud dari sebuah tanggung jawab terbagi atas 2 macam :
  1. Pengabdian adalah perbuatan manusia, baik itu yang berupa pikiran, pendapat,kasih sayang, tenaga, maupun rasa hormat yang dilakukan secara ikhlas.
  2. Pengorbanan adalah pemberian secara ikhlas berupa pemikiran, pendapat, harta, tenaga, bahkan mungkin nyawa demi cinta, kesetiaan atau suatu ikatan, kebenaran, dan bisa juga esetiakawanan.